Makan bersama keluarga memang hal yang menyenangkan dan gue
jarang ngedapetin moment tsb, jadi gue manfaatin hari raya idul fitri..
Seperti
lebaran-lebaran sebelumnya gue lebaran bareng keluarga gue, pas hari H yaitu idul fitri, gue sholat idul fitri bersama
keluarga gue, setelah sholat idul fitri gue makan ketupat lebaran,,hehe gak
afdol bro kalo lebaran gak ada ketupat..
Inilah momen yang jarang banget gue rasain bersama keluarga
gue..
soalnya kakak gue yang cewek ada di pekanbaru
merantau, kakak gue yang cowok ada di ibukota Jakarta merantau juga dan bokap
gue di bandung merantau juga, gak gue
sia-siain moment lebaran hari itu gue
langsung ajak keluarga gue makan-makan walaupun yang bayar bukan gue sih..(
GRATISAN )
Gue makan di batu hitam, cirahong ciamis rumah makan lesehan
dengan makanan berkualitas dan harganya murah+pemandangannya yg luar biasa
indah..
INI
DIA SEJARAH PEMBANGUNAN CIRAHONG
Pembangunan jembatan Cirahong terjadi pada tahun 1893.
PEMBANGUNAN jembatan kereta api (KA) Cirahong, yang menghubungkan antara Ciamis dan Tasikmalaya lewat jalur Manonjaya, Kab. Tasikmalaya, tidak terlepas dari peran Bupati Galuh (Ciamis) R-A-A. Kusuma-diningrat.
Sebelumnya,Belanda telah membuat gambar pembangunan jalur rel kereta yang menghubungkan daerah Tasikmalaya ke Banjar/Pangandaran, tanpa melintas ke Kota Ciamis.Berdasarkan gambar yang dibuat Belanda, jalur kereta api dari Tasikmalaya-Manonjaya akan diteruskan ke daerah Cimaragas,atau sebelah selatan Sungai Citanduy. Setelah itu, masuk ke daerah Kota Banjar. Di Banjar, ada jalur menuju ke Pangandaran dan ke daerah Cilacap, Jawa Tengah.
Pertimbangannya, kalau melintas ke Kota Ciamis, berarti harus membangun dua jembatan di atas Citanduy. Tentunya, biaya
pembangunan jembatan di atas sungai tersebut, sangat besar atau mahal.Belanda membangun jalur rel tersebut, tidak hanya untuk angkutan massal. Akan tetapi, rel itu juga digunakan untuk membawa hasil bumi dari Priangan, seperti kapas, kopi, kapol,dan lainnya ke Jakarta. Apalagi waktu itu, banyak perkebunan baru didaerah Galuh, seperti perkebunan Lemah Neundeut, Bangkelung,dan lain-lain. Angkutan kereta tersebut diharapkan akan mempermudah jalur angkutan barang maupun mobilisasi orang Belanda.
Informasi tentang rencana pembangunan jalur rel kereta tersebut akhirnya sampai ke telinga Kusumadiningrat atau Kangjeng Prebu.Waktu itu, yang bersangkutan sudah pensiun dari jabatannya sebagai Bupati Galuh.Kangjeng Prabu, yang dinilai oleh para sejarawan sebagai Bupati Galuh terkemuka, akhirnya berusaha melakukan lobi kepada Belanda. Dia meminta agar jalur rel kereta melintas ke Kota Ciamis.
Caranya, dari Tasikmalaya ke Manonjaya, lalu menyeberang Sungai Citanduy untuk masuk melintas ke Kota Ciamis.
PEMBANGUNAN jembatan kereta api (KA) Cirahong, yang menghubungkan antara Ciamis dan Tasikmalaya lewat jalur Manonjaya, Kab. Tasikmalaya, tidak terlepas dari peran Bupati Galuh (Ciamis) R-A-A. Kusuma-diningrat.
Sebelumnya,Belanda telah membuat gambar pembangunan jalur rel kereta yang menghubungkan daerah Tasikmalaya ke Banjar/Pangandaran, tanpa melintas ke Kota Ciamis.Berdasarkan gambar yang dibuat Belanda, jalur kereta api dari Tasikmalaya-Manonjaya akan diteruskan ke daerah Cimaragas,atau sebelah selatan Sungai Citanduy. Setelah itu, masuk ke daerah Kota Banjar. Di Banjar, ada jalur menuju ke Pangandaran dan ke daerah Cilacap, Jawa Tengah.
Pertimbangannya, kalau melintas ke Kota Ciamis, berarti harus membangun dua jembatan di atas Citanduy. Tentunya, biaya
pembangunan jembatan di atas sungai tersebut, sangat besar atau mahal.Belanda membangun jalur rel tersebut, tidak hanya untuk angkutan massal. Akan tetapi, rel itu juga digunakan untuk membawa hasil bumi dari Priangan, seperti kapas, kopi, kapol,dan lainnya ke Jakarta. Apalagi waktu itu, banyak perkebunan baru didaerah Galuh, seperti perkebunan Lemah Neundeut, Bangkelung,dan lain-lain. Angkutan kereta tersebut diharapkan akan mempermudah jalur angkutan barang maupun mobilisasi orang Belanda.
Informasi tentang rencana pembangunan jalur rel kereta tersebut akhirnya sampai ke telinga Kusumadiningrat atau Kangjeng Prebu.Waktu itu, yang bersangkutan sudah pensiun dari jabatannya sebagai Bupati Galuh.Kangjeng Prabu, yang dinilai oleh para sejarawan sebagai Bupati Galuh terkemuka, akhirnya berusaha melakukan lobi kepada Belanda. Dia meminta agar jalur rel kereta melintas ke Kota Ciamis.
Caranya, dari Tasikmalaya ke Manonjaya, lalu menyeberang Sungai Citanduy untuk masuk melintas ke Kota Ciamis.
Ada beberapa pertimbangan yang disampaikan Kangjeng
Prebu,kenapa sebaiknya jalur kereta melintas ke Kota Ciamis. Pertama,jumlah
penduduk di Kota Ciamis sudah besar dan padat,sementara daerah Cimaragas sangat
sedikit. Dengan demikian,keberadaan kereta itu akan semakin bermanfaat.Selain
itu, pertimbangan lainnya ialah untuk memperkuat eksistensi Ciamis sebagai Ibu
Kota Galuh. Setelah lobi panjang,akhirnya Belanda menyetujui usulan Kangjeng
Prebu. Hal itu mem-buktikanbahwa dia memang masih punya pengaruh besar,
sekalipun sudah pensiun.
Belanda akhirnya membangun dua jembatan di atas Sungai
Citanduy. Pertama, jembatan Cirahong, dan kedua Karangpucung di dekat Kota
Banjar. Biayanya pun cukup mahal.Tetapi Belanda merealisasikannya karena
dorongan Kangjeng Prebu. Sosok Kangjeng Prebu pada masanya dikenal mampu
memakmurkan daerah Galuh. Karyanya hingga sekarang masih terpelihara. Selain
Cirahong, terdapat pula beberapa saluran irigasi untuk pengairan sawah teknis,
misalnya saluran irigasi Gandawangi. Dia membangun saluran air
Cikatomas,Wangundiredja, Tanjungmangu yang sekarang berubah namanya menjadi
Nagawiru.
Jadi makan-makan bersama keluarga semakin berkesan, dengan
tempat yang luar biasa…!!!
1 comments:
Pemandangannya bagus banget tuh, itu masih di Ciamis ya?
Post a Comment